20 January 2015

Pengenalan : SYAIR BIDASARI

Syair Bidasari

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Syair Bidasari adalah syair yang berkisah tentang Bidasari, seorang puteri raja yang sangat cantik. Dia tidak tahu asal-usulnya, dan kemudian diangkat anak oleh sepasang pedagang kaya. Ratu negeri yang cemburu akan kecantikannya kemudian bersekongkol untuk kemudian membuang Bidasari ke hutan. Di sana dia ditemukan oleh raja yang kemudian menikahinya. [1].
Syair ini diterbitkan dan dibahas oleh H. C. Klinkert di Leiden pada tahun 1886 dalam Drie Maleische Gedichten of Sjair Ken Tamboehan, Jatim Nestapa en Bidasari. Syair ini sempat populer di Eropa pada abad ke-19, dan diterjemahkan ke dalambahasa Belanda, dan disadur dalam bentuk prosa ke dalam bahasa Perancis[2]
RUJUKAN : http://id.wikipedia.org/wiki/Syair_Bidasari

Petikan daripada Syair Bidasari

Tersebutlah perkataan Bidasari,
Setelah malam sudahlah hari, (Lagu Selendang Delima)
Bangunlah ia seorang diri,
Makan dan minum barang yang digemari.

Pergilah mandi Siti Bangsawan,
Serta memakai bau-bauan, (Lagu Rakis)
Lalu masuk ke dalam peraduan,
Santap sirih di dalam puan.

Bertemu sepah bekas dimakan,
Diambil Siti dicampakkan,
Dengan takutnya ia berfikirkan, (Lagu Rakis)
Siapakah ini yang membuatkan.

Jikalau manusia yang empunya,
Nescaya aku dicabulinya,
Jika ayahku datang adalah tandanya, (Lagu Siti Zubaidah)
Bertambahlah makanan yang dibawanya.

Dilihatnya Siti tempat tidurnya,
Tilam sedikit tersingkir alasnya,
Sirih di puan salah aturannya, (Lagu Siti Zubaidah)
Bidasari masygul dengan takutnya.

Ia pun duduk di atas geta,
Sangatlah gundah rasanya cita,
Seraya bertaburan air mata, (Lagu Selendang Delima)
Manakah tempat ia hendak dikata

( Syair Bidasari, hlm. 715-717, 721-722)

No comments:

Post a Comment